Tahun ajaran 2015/2016 sudah melewati pintu, tinggal langkah selanjutnya yang harus digerakkan untuk menuju tujuan yang sebenarnya.
INDI TIK = Indonesia Terdidik Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Saya terkesan dengan buku tersebut. Buku tersebut diberikan oleh Pak Wijaya Kusuma, M.Pd. ketika penulis mengikuti Seminar Nasional Urgensi Matpel TIK dalam Kurikulum Ganda 25 April 2015 yang lalu. Didalamnya tertulis jelas bahwa TIK memang dibutuhkan oleh seluruh masyarakat terutama siswa.
Mata pelajaran TIK yang dulu bernama Komputer, ternyata mata pelajaran yang paling disukai oleh siswa mulai SD hingga SMA/SMK. Bahkan di perguruan tinggi sekali pun. Kenapa?
TIK bukan hanya sekedar alat bantu pelajaran. Memang, TIK harus diintegrasikan ke semua mapel, tapi bukan berarti mapel TIK harus larut dalam setiap mapel. Ada subtansi yang tidak mungkin diintegrasikan ke dalam mapel. Contohnya penggunaan MS office secara sederhana, bahkan mahsiswa atau lulusan pendidikan komputer pun yang pernah penulis temui menyatakan
"Saya tidak mengerti bagaimana menulis rumus di MS Excel untuk membuat pembukuan/jurnal akuntansi"
Sedih saya. dia yang telah hampir 4 tahun menempuh pendidikan ilmu komputer, masih juga belum megerti tentang software MS Office tersebut.
Di kali lain, penulis menemui seorang siswa SMK jurusan TKJ, dan bertanya "Apa yang telah anda dapatkan selama belajar di SMK?" Jawabannya:
"Banyak sekali pak. Bagaimana membuat laptop terhubung dengan seluruh komputer di dunia ini."
Saya tanya lagi : "Bisa membuat logo ini?" (Saya sodorkan logo KOGTIK).
"Ah... ini tinggal di scan saja, pak."
Saya cecar lagi : "Bisa tidak membuatnya?"
"Guru kami pernah mengajar Corel Draw, tapi saya masih belum mengerti. Jam pelajaran TKJ di sekolah kami sangat kurang sekali, coba kalo jamnya di tambah... pasti saya bisa, pak?"
Saya tersenyum : "Menurut, anda. Pelajaran TIK/KKPI itu perlu tidak?"
Apa jawabnya:
"Pak... mengapa pelajaran TIK/KKPI di hapus?. Itu sangat penting bagi kami."
Ternyata, kebijakan menghapus mapel TIK/KKPI adalah kebijakan yang dibuat tidak berdasarkan kebutuhan siswa, namun berdasarkan pengalaman pribadi pe revisi kurikulum. Lihat saja alasan mereka menghapuskan mapel TIK. Salah satunya tersirat bahwa anak akil baligh saja kalau diberi tablet atau laptop, maka mereka sudah menguasai TIK... Ah. Makin njlimet saja.
Gebrakan yang di lakukan KOGTIK sangat berarti... Perjuangan selama hampir satu tahun ini telah mulai menampakkan hasilnya. Semoga Mapel TIK kembali, dan siswa dapat kembali menikmati pelajaran yang paling disukainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar