Jumat, 20 Januari 2012

Belajar Sepanjang hayat

Sejak kita lahir sampai usia kita saat ini kita terus belajar dari kehidupan baik akademik maupun non akademik, sehingga tanpa disadari sepanjang hidup kita terus belajar. Belajar bisa dari buku, dan media tulisan lainnya serta belajar dari pengalaman diri sendiri dan pengalaman orang lain.
Dalam proses belajar tidak hanya menerima informasi pengetahuan saja tetapi perlu juga dikembangkan kemampuan berpikir terutama berpikir kritis. Karena sejak kita lahir sebenarnya kita sudah memiliki gen yang menentukan seberapa cerdas diri kita, dan pembelajaran disekolah ataupun pendidikan nonformal hanya menstimulus untuk mengoptimalkan kecerdasan kita, sebagaimana fenotip (sifat yang tampak) hasil resultante genotip (gen) dan lingkungan.
Kemampuan berpikir kritis dapat dilatih misalnya:dengan berusaha mengambil intisari dari suatu bacaan serta memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pikiran terkait materi yang kita baca, termasuk mencari ide-ide baru dari bacaan.
Jika kita sudah berkomitmen pada diri sendiri untuk belajar sepanjang hayat, tidaklah cukup kita belajar ketika sekolah saja tetapi dimanapun dan kapanpun kita punya inisiatiif untuk belajar, apalagi buku sebagai jendela dunia menawarkan kesempatan bagi kita utk mempelajari dunia scra meluas wpun pada tempat yg tidak dapat kita datangi secra fisik krna keterbatasan biaya, waktu, tenaga, dsb.
Orang yg merugi yg menyia-nyiakankan umur tanpa mendapat hikmah ataupun pelajaran berharga dalam hidup yang semakin kompleksdann mmbutuhkan manusia-manusia terampil dalam berbagai bidang untuk mengolah SDM dan memajukan masyarakat.Budayakan LONG LIFE EDUCATION di Indonesia utk tingkatkan kualitas bangsa
(Dari artikel indah fitrian : internet)

Dari artikel diatas saya menarik pandangan mengenai belajar sepanjang hayat sebagai berikut:
Kita terlahir dalam kondisi lemah halini dapat kita lihat ketika bayi terlahir kedunia tanpa memiliki daya dan tenaga karenanya dibutuhkan orang lain untuk membantu dirinya agar tetap hidup. Contoh pertolongan itu adalah membantunya keluar dari rahim ibunya, membersihkan dan memandikannya, memberikan pakaian, dan memberikan makan melalui air susu ibu ataupaun dengan makanan yang lainnya.
Tahapan berikutnya bayi mulai belajar mengekspresikan keinginannya melalui tangis maupun tawa dan gerakan yang dapat dia lakukan. Setelah tumbuh remaja dia mulai belajar menggunakan pikiran dan bahasa untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Diusia ini mereka mulai mengenal berbagai kondisi, benda-benda dan orang yang ada disekitar hidupnya. Pada umumnya cara belajar pada usia ini cenderung pada masalah-masalah yang bersifat ingatan. Meskipun kecerdasan telah ada dalam diri tiap indifidu tetapi kecerdasan itu harus dilatih baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
Pada usia dewasa pembelajaran berlangsung lebih kompleks dan rumit mereka mulai mengkaji hal-hal yang abstrak, hal-hal non ferbal dan hakikat ilmu atau informasi yang diterimanya. Belajar yang demikian dapat diperoleh dengan mengajukan berbagai permasalahan dan mencoba menjawabnya melalui kajian-kajian yang mendalam dari berbagai sumber teoritik maupun praktik. Komitmen belajar yang tinggi dapat menciptakan inofatif dan kreatif sehingga dabat berguna bagi kehidupannya, manusia dan makluk lainnya.
Dengan demikian manusia akan terus belajar sampai nyawa terlepas dari jasadnya baik dalam kondisi sehat maupun sakit, selama nafas masih berhembus belajar akan terus berlangsung. Pembebedanya hanya pada kualitas belajar itu sendiri. Jadi yang dimaksud belajar sepanjang hayat adalah belajar dari manusia terlahir hingga meningal dunia atau mati.