Communicative Language Teaching (CLT) merupakan suatu metode pengajaran bahasa yang merupakan pengembangan dari metode-metode sebelumnya seperti metode Situational Language Teaching dan metode Audio Lingual. Salah satu ciri utama dari CLT adalah adanya kombinasi antara aspek-aspek bahasa secara fungsional dan struktural. Secara struktural, CLT menekankan pada sistem grammar atau tata bahasa, sedangkan fungsional menekankan pada penggunaan bahasa itu.
CLT juga menekankan pada situasi, misalnya dalam situasi yang bagaimana suatu tuturan diucapkan. Dalam CLT terdapat berbagai kemampuan berbahasa yang terintegrasi (integrated skills) yang mencakup kemampuan reading, writing, listening, speaking, vocabulary, dan grammar. Jadi, melalui CLT ini para pembelajar bahasa asing diharapkan dapat menguasai atau terampil berbahasa, tidak hanya menulis tetapi juga berbicara dan tentunya dengan tata bahasa yang benar.
Adapun beberapa tujuan CLT antara lain :
a) Siswa akan belajar menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu.
b) Siswa akan menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan pendapat dan penilaian.
c) Siswa akan belajar mengekspresikan fungsi-fungsi yang paling sesuai untuk berkomunikasi.
CLT menggunakan hampir setiap kegiatan yang melibatkan pembelajar dalam suatu komunikasi yang autentik. Littlewood (1981) membedakan dua jenis kegiatan:
1) Kegiatan komunikasi fungsional; kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan (skill) dan fungsi bahasa tertentu, tetapi tetap melibatkan komunikasi.
2) Kegiatan interaksi sosial; misalnya percakapan dan diskusi, dialog dan bermain peran (role play).