Jumat, 10 Juli 2015

SIRATAN TUHAN



Desaku...oh Desaku... Kaulah irama dan nyanyian yang terpanjang di pulau Sumatera... Gunungku, oh gunungku... kau selalu menghujam tegar di sana, hijau membiru di tanah kelahiranku Sawah ladangku, kau terus menghijau, menguning dan kembali reinkarnasi di tahun berikut… kau kebanggaan dari hatiku.
 
Sungaiku… dari danau sampai ke muara aku selalu terpikat denganmu, kau bagai naga dari selatan desaku yang tercinta. Pesawat yang kutumpangi melewati desa tempatku bersemayam. Sungaiku.. bentukmu indah terlihat, beberapa penduduk desa terlihat sedang mendayung sampan di arusmu yang tenang, sungaiku… kau terlihat meliuk-liuk dari atas ini, kau telusuri kota jambi

Sawah ladangku… saat ini kau masih terhampar menghijau. Berapa zaman telah kau lewati, aku sendiri entah turunan ke berapa sejak nenek moyangku berdiam di sini, mencangkul, membajak, menanam, menuai sudah terukir beberapa puluh tahun, tersirat jelas di tanah kelahiranku, Kaulah prasasti dalam hatiku, indahnya pemandangan padi yang menguning dan langit pun masih biru sebiru rinduku untuk kembali ke sana. Sampai kini kau tetap akan abadi dalam kalbuku.