Jumat, 11 Maret 2011

Hakikat Desain Pembelajaran

Sebagai seorang guru sebaiknya kita harus selalu bersiap-siap, karena kita akan diguncang dengan derasnya bermacam-macam informasi intelektual dan praktikal, visual dan audit, teknikal dan hiburan, semuanya tersedia dalam dunia maya. Informasi yang sangat deras ini sangat menuntut guru untuk berfikir keras dan konsisten memperbaharui pengetahuan. Kenyataan ini membuat seorang guru harus mampu mengemas informasi yang diperolehnya untuk dialirkan kepada generasi penerusnya.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dihadapkan pada siswa. Siswa yang dihadapi guru rata-rata satu kelas yang terdiri dari maksimal empat puluh orang siswa. Kemungkinan seorang guru menghadapi ratusan siswa. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keterampilan mengorganisasi siswa agar belajar. Guru juga menghadapi bahan pengetahuan yang berasal dari buku teks, dari kehidupan, sumber informasi lainnya atau dunia maya atau kenyataan disekitar sekolah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keterampilan mengemas pesan pembelajaran. Pengemasan pesan pembelajaran juga berarti mengemas usaha peningkatan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan siswa. Kemampuan itu dikembangkan bersama dengan pemerolehan pengalaman-pengalaman baru tentang belajar sesuatu. Pemerolehan pengalaman-pengalaman tersebut merupakan suatu proses yang berlaku secara deduktif atau induktif, atau proses yang lain. Dengan menghadapi sejumlah siswa, berbagai pesan yang terkandung dalam bahan ajar, peningkatan kemampuan siswa, dan proses pemerolehan pengalaman, maka guru memerlukan pengetahuan tentang mendesain pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran. Suatu prasyarat teknis untuk dapat membelajarkan adalah bahwa seorang guru sudah pernah melakukan tindakan belajar itu sendiri.
Semua guru professional dituntut terampil mengemas pembelajaran dan terampil dalam mengajar tidak hanya semata-mata hanya menyajikan materi ajar. Guru dituntut memiliki pendekatan pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional. Guru dituntut menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian para siswa akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan.
Penyelenggaraan desain pesan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru dimana desain pesan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Untuk dapat membelajarkan siswa, salah satu cara yang dapat ditempuh guru adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran konvensional, cara belajar siswa aktif (CBSA) dan pendekatan keterampilan proses (PKP) dalam proses desain pesan pembelajaran.

Konsep Pesan Pembelajaran

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan konsepsi belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan belajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas, artinya seorang guru dituntut mampu mengemas pembelajaran agar dapat menarik minat siswa untuk belajar. Bermawi (2009) mengemukakan defenisi desain pesan pembelajaran yang lebih sempit adalah upaya untuk membuat siswa menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar dengan memanfaatkan media. Teori Desin Pesan pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar, atau upaya mengontrol variabel-variabel yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.
Hargono (2009) mengemukakan bahwa teori desain pesan pembelajaran adalah upaya mengemas materi pembelajaran dan menekankan pada proses tujuan utama pembelajaran, yaitu menetapkan metode pembelajaran yang optimal dalam suatu media dan tujuan utama desain pesan pembelajaran adalah memberikan proses belajar. Desain pesan pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar, atau upaya mengontrol variabel-variabel yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar. Teori-teori dan prinsip desain pesan pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai yang yang diberikan, dan menempatkan hasil pembelajaran sebagai variabel yang diharapkan. Dengan kata lain kondisi dan metode desain pesan pembelajaran akan menjadi variabel bebas dari hasil pembelajaran langsung. Desain pesan pembelajaran adalah proses perumusan tujuan dan pengembangan isi/materi pembelajaran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran
Desain pesan pembelajaran perlu dilakukan untuk memecahkan problem dalam pembelajaran atau memenuhi kebutuhan masyarakat. John Dewey menyatakan bahwa pengembangan desaian pesan pembelajaran sebagai suatu “linking science” antara teori dan praktik. Teori-teori dan prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran bersifat preskriptif, kondisi dan hasil pembelajaran ditempatkan sebagai givens, dan metode pengemasan yang optimal ditempatkan sebagai variabel yang diamati. Jadi kondisi dan hasil pembelajaran ditempatkan sebagai variabel bebas, sedangkan metode pembelajaran ditempatkan sebagai variabel tergantung. Teori preskriptif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free (Reigeluth, 1983, Degeng, 1990). Maksudnya adalah teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil.
Beberapa pendapat ahli mengenai konsepsi desain pesan pembelajaran, yakni : 1) Duffy dan Roehler (1989), Desain Pesan Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum yang disatukan dalamwadah yang spesifik; 2) Gagne dan Briggs (1979) mengartikan desain pesan pembelajaran ini adalah suatu system yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.