Rabu, 25 Mei 2011

Lima Prinsip dan Sepuluh Tahap Sistim Berpikir

Peter M Senge (1990) dalam The Fifth Discipline. The Art and Practice of the Learning Organization, mengedepankan 5 prinsip berkaitan dengan tradisi belajar organisasi, yaitu: Personal Mastery, Team Learning, Shared Vision, Mental Model dan System of Thinking.

1. Personal Mastery
Personal mastery, adalah upaya melahirkan kader-kader pilihan yang memiliki kompetensi dan daya saing. Kompetensi kepemimpinan yang perlu dimiliki adalah kepemimpinan berbasis kecerdasan atau Brainware Leadership. Brainware Leadershif tidak mengedepankan definisi atau pengertian kepemimpinan melainkan menekankan pada “apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang pemimpin”, yaitu melahirkan pemimpin yang baru karena seseorang dapat disebut pemimpin apabila para pengikutnya mampu menjadi pemimpin (juga)

Brainware Leadership berbicara tentang bagaimana memahami dan membangun atau meningkatkan kepemimpinan seseorang dengan menekankan pada upaya membangun kecerdasannya terutama kecerdasan spiritual yang akan terlihat dari pola-pikir (mindset)-nya sebagai super leader dan membuatnya mampu berperilaku sebagai super leader. Mengembangkan kecerdasan pemimpin perlu memadukan antara neurocortex atau otak kiri yang bekerja untuk kecerdasan rasional/intelektual dengan system limbic pada otak kanan yang berhubungan dengan kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional. Tugas utama pemimpin adalah menyelesaikan masalah. Menurut Danah Zohar, 2004, dalam melahirkan solusi kontribusi kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional adalah 80 % dan kecerdasan intelektual 20 %.

Pemimpin berbeda dengan pimpinan, Tidak setiap pemimpin menjadi pimpinan. Pimpinan memerlukan legitimasi formal yaitu diangkat/ditunjuk/dinyatakan dengan SK oleh yang berkuasa/atasan atau instansi yang lebih tinggi. Status pimpinan diperoleh seseorang karena diberi kewenangan (otoritas) oleh pihak yang lebih tinggi hirarkinya sedangkan pemimpin mendapatkan status atas kerja kerasnya atau secara ekstrim dapat dinyatakan: pemimpin diangkat oleh yang maha kuasa sedangkan pimpinan diangkat oleh yang berkuasa.

Menurut Peter Shepard, 2001: Kecerdasan tidak dapat diukur dengan angka-anggka karena kecerdasan adalah Ability to solve Problem or Fashion Product. Kecerdasan adalah kemampuan menggunakan keterampilan; kemampuan untuk menciptakan sesuatu; mengatasi suatu masalah melalui cara yang sesuai dengan budaya dari komunitas tersebut. Peter Shepard mengidentifikasi kecerdasan menjadi sebagai berikut

a. Interpersonal intelligence, kecerdasan antarpribadi, kemampuan memahami orang lain dan tampil dalam kemampuannya berinteraksi dengan orang lain dengan baik - dapat melakukan komunikasi dengan orang lain
b. Logical Intelligence, Kecerdasan Logika/Matematika, kemampuan kuantitatif, kemampuan memproses sesuatu secara analitis dan sistematis
c. Spatial Intelligence, Kecerdasan Spatsial/Visual, kemampuan membangun gagasan atau model, membayangkan penerapan dan mengubahnya yang semua ini dilakukan dalam pikirannya
d. Musical Intelligence, Kecerdasan Musik, kepekaan terhadap irama, melodi dan nada baik sebagai pelaku maupun pendengar
e. Verbal Intelligence, Kecerdasan Verbal- berbahasa/berbicara, Kemampuan mengekspresikan pikiran-pikirannya dengan jernih baik melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan
f. Intrapersonal Intelligence, Kecerdasan intrapersonal, kemampuan berinteraksi dengan diri sendiri, introspeksi, refleksi dan kontemplasi melalui renungan
g. Kinesthetic intelligence, Kecerdasan Kinestetik/Tubuh, kemampuan gerakan fisik, menari, berolah raga, berkelahi, melempar, memotong: Keterampilan mengubah suatu obyek /memanipulasi obyek dinamakan Tactile

Daniel Goldman (1997)
h. Emotional Intelligence, Kecerdasan Emotional, kemampuan mengenali situasi emosi diri sendiri dan kondisi emosi orang lain
i. Natural Intelligence, Kecerdasan terhadap Alam, kemampuan menikmati hidup dan berinteraksi serta menyatu dengan alam
j. Existetntial Intelligence, Kecerdasan Eksistensi Diri, kecerdasan memahami hidup dan kehidupan
Robert Sternberg memperkenalkan Triarchic Theory
k. Componential Intelligence, Kemampuan menganalisis, membandingkan dan mengevaluasi (Analyse, Compare & Evaluate)
l. Creative Intelligence, Kemampuan menciptakan, menemukan dan merancang (Create, Invent & Design)
m. Contextual Intelligence, Kemampuan menggunakan dan menerapkan (use and apply) secara parktis

Selasa, 24 Mei 2011

Communicative Language Teaching (CLT)

Communicative Language Teaching (CLT) merupakan suatu metode pengajaran bahasa yang merupakan pengembangan dari metode-metode sebelumnya seperti metode Situational Language Teaching dan metode Audio Lingual. Salah satu ciri utama dari CLT adalah adanya kombinasi antara aspek-aspek bahasa secara fungsional dan struktural. Secara struktural, CLT menekankan pada sistem grammar atau tata bahasa, sedangkan fungsional menekankan pada penggunaan bahasa itu.

CLT juga menekankan pada situasi, misalnya dalam situasi yang bagaimana suatu tuturan diucapkan. Dalam CLT terdapat berbagai kemampuan berbahasa yang terintegrasi (integrated skills) yang mencakup kemampuan reading, writing, listening, speaking, vocabulary, dan grammar. Jadi, melalui CLT ini para pembelajar bahasa asing diharapkan dapat menguasai atau terampil berbahasa, tidak hanya menulis tetapi juga berbicara dan tentunya dengan tata bahasa yang benar.

Adapun beberapa tujuan CLT antara lain :

a) Siswa akan belajar menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu.
b) Siswa akan menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan pendapat dan penilaian.
c) Siswa akan belajar mengekspresikan fungsi-fungsi yang paling sesuai untuk berkomunikasi.

CLT menggunakan hampir setiap kegiatan yang melibatkan pembelajar dalam suatu komunikasi yang autentik. Littlewood (1981) membedakan dua jenis kegiatan:

1) Kegiatan komunikasi fungsional; kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan (skill) dan fungsi bahasa tertentu, tetapi tetap melibatkan komunikasi.
2) Kegiatan interaksi sosial; misalnya percakapan dan diskusi, dialog dan bermain peran (role play).